ISTRI GURU HONORER
JADI PRT
Sepertinya halnya nasib honorr lain, Hendry (43) yang sudah
mengabdikan dirinya di dunia pendidikan kurang lebih 20 tahun, kini harus
merelakan istriya menjadi seorang PRTdi Ibu Kota Negara. Kondisi ekonomi
keluarganya yang jauh dari pas-pasan menjdikan sering terjadi percekcokan dalam
rumah tangganya. Kini Hendry harus bekerja sambil mengasuh anaknya yang kini
baru berusia 3,5 tahun. Terkadang Ia merasa malu, tapi keadaan memaksa sehingga
ia harus mengajar sambil membawa anaknya dan terkadang pula memamng ada kritikan
dari tetangga, tapi Hendry tak peduli, selama pihak sekolah tidak komplen dan
masih menyadarinya.
Saat di SMA Hendry termasuk siswa yang berprestasi, terbukti
Ia pernah menjadi duta provinsinya bahkan hingga 3 tahun berturut-turut
mewakili lomba Cerdas Cermat di Tingkat Provinsi dan Nasionall. Selepas dari
SMA Hendry sempat melanjutkan kuliah namun hanya sampai di akhir semester IV
semua karena tidak memiliki biaya pendidikan. Hendry pun memutuska untuk
berhenti kuliah. Selanjutnya Ia membantu di salah satu SMP Swasta di Lampung
sejak tahun 1996 hingga sekarang. Gaji honorer yang hanya 400-500 ribu perbulan
bahkan awalnya 250 ribu menjadikan Hendry juga mengajar sambil jadi tukang ojek
malam. Itu pun belum cukup untuk memenuhi kehidupan rumah tangganya. Tak jarang
pada akhir bulan Hendry hanya tinggal tanda tangan dan menerima amplop kosong
atau bahkan masih harus tombok untuk bulan berikutnya. Begitu yang dirasakan
Hendry selama bertahun-tahun dan kini Ia hanya pasrah mengajar samil mengasuh
anak, sementara istrinya berjuang dirantau orang sekedar ingin membantu ekonomi
keluarganya. Andai saja pemerintah mau terjun di sudut-sudut tanah air, betapa
malangnya nasib guru honor yang sudah turut mencerdaskan anak bangsa, turut
mewujudkan cita-cita nasional sebagaimana termaktub dalam alinea iv pembukaan
UUD 1945, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Tapi entah sampai kapan
pemerintah akan membuka pintu buat nasib para guru honor yang kini usianya
semakin lanjut tapi masih harus berjuang dan berjuang tanpa ada imbalan yang
layak. Betapa mulianya seorang yang hanya mengasuh jompo dibayar dengan 3 - 3,5
juta perbulan dibanding guru honor yang sudah memajukan bangsa ini. Kini Hendry
harus masak, cuci, setrika dan ngurus anak sediri, bshksn merawat rumah, anak sampai
mengajar di sekolah hanya demi putra-putri bangsa ini. sementara istrinya
menjadi seorang pembantu dan menghamba di negeri orang.
Semoga pemerintah segera mengerti akan nasib para guru
honor.